Hereditary (2018): Mahakarya Horor Modern yang Menggetarkan

Film43 Views

“Hereditary” (2018) adalah salah satu film horor paling berpengaruh dalam dekade terakhir. Disutradarai oleh Ari Aster dalam debut panjangnya, film ini telah diakui secara luas sebagai karya yang tidak hanya menakutkan, tetapi juga mendalam secara emosional. “Hereditary” memadukan elemen horor supernatural dengan drama keluarga yang intens, menciptakan sebuah pengalaman sinematik yang unik dan tak terlupakan. Artikel ini akan membahas bagaimana “Hereditary” berhasil mengukir namanya dalam sejarah film horor modern, dari pembuatan hingga dampaknya yang luas.

Latar Belakang dan Produksi Hereditary 2018

“Hereditary” bukanlah film horor biasa. Ari Aster, yang juga menulis naskah film ini, mengembangkan ceritanya dengan pendekatan yang sangat personal dan intim. Aster terinspirasi oleh berbagai trauma pribadi serta film-film horor klasik, yang digabungkan untuk menciptakan kisah yang mengeksplorasi tema kehilangan, rasa bersalah, dan kegilaan.

Dalam upaya untuk menghasilkan film yang mendalam secara emosional, Aster memilih Toni Collette untuk memerankan Annie Graham, seorang ibu yang harus menghadapi rangkaian peristiwa mengerikan setelah kematian ibunya. Collette, yang terkenal dengan kemampuan aktingnya yang luar biasa, memberikan penampilan yang sangat memukau dan dianggap sebagai salah satu yang terbaik dalam karirnya. Dukungan dari aktor seperti Gabriel Byrne, Alex Wolff, dan Milly Shapiro juga menambah kedalaman karakter dan dinamika keluarga dalam film ini.

Proses produksi “Hereditary” melibatkan detail yang sangat teliti, dari desain set yang menampilkan replika rumah miniatur buatan Annie hingga penggunaan pencahayaan yang cerdas untuk menciptakan suasana yang mencekam. Dengan anggaran yang relatif kecil, Aster dan timnya berhasil menghasilkan film yang estetis dan menakutkan secara visual.

Narasi dan Tema Utama Hereditary 2018

Di permukaan, “Hereditary” adalah kisah tentang keluarga Graham yang hancur setelah kematian nenek mereka, Ellen. Namun, seiring perkembangan cerita, film ini dengan cepat berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih gelap dan lebih kompleks. Setelah kematian mendadak Charlie, putri Annie, keluarga ini mulai mengalami kejadian-kejadian aneh dan menakutkan yang mengungkapkan rahasia kelam tentang warisan mereka.

Tema warisan yang terkutuk menjadi inti dari “Hereditary”. Film ini mengeksplorasi bagaimana trauma, penyakit mental, dan kutukan dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, meracuni kehidupan mereka yang terlibat. Aster dengan cerdik memadukan elemen horor psikologis dengan supranatural, menciptakan ketegangan yang konstan antara apa yang nyata dan apa yang tidak.

Selain itu, film ini juga membahas isu-isu seperti rasa bersalah, penyesalan, dan kehilangan. Annie, yang menyalahkan dirinya sendiri atas kematian putrinya, terjebak dalam spiral keputusasaan yang membawanya ke ambang kegilaan. Hubungan yang tegang antara anggota keluarga Graham memperburuk situasi, menciptakan suasana ketidakpercayaan dan ketegangan yang terus meningkat sepanjang film.

Efek Visual dan Suara

Salah satu keunggulan “Hereditary” adalah penggunaan efek visual dan desain suara yang cerdas untuk menciptakan suasana horor yang menakutkan. Aster dan sinematografer Pawel Pogorzelski menggunakan teknik framing yang tidak biasa dan pencahayaan alami untuk menciptakan gambar-gambar yang menyesatkan dan mengganggu.

Misalnya, rumah miniatur buatan Annie menjadi simbol visual penting dalam film ini. Representasi rumah dalam skala kecil mencerminkan perasaan terperangkap dan ketidakberdayaan yang dirasakan oleh karakter-karakter dalam film. Aster dengan cermat menyusun setiap adegan dengan detail yang sangat teliti, menciptakan perasaan bahwa segala sesuatu di dalam film ini saling terkait dan bermakna.

Desain suara juga berperan besar dalam menciptakan atmosfer ketakutan dalam “Hereditary”. Skor musik yang disusun oleh Colin Stetson menggunakan nada-nada rendah dan tekstur suara yang tidak lazim untuk memicu rasa cemas dan ketegangan. Suara-suara aneh seperti klik lidah yang dibuat oleh karakter Charlie menjadi motif suara yang mengganggu dan menambah keanehan dalam film ini.

Penerimaan dan Pengaruh

Setelah dirilis, “Hereditary” mendapat pujian dari kritikus dan penonton. Film ini dianggap sebagai salah satu film horor terbaik dekade ini, dengan banyak yang memuji penampilan Toni Collette, penyutradaraan Aster, dan cara film ini menangani tema-tema berat. Namun, tidak semua penonton menerima film ini dengan baik; beberapa merasa kecewa dengan akhir film yang penuh teka-teki dan tidak konvensional.

Meskipun demikian, “Hereditary” berhasil mengumpulkan banyak penghargaan dan nominasi, terutama untuk penampilan Collette, yang dianggap sebagai salah satu yang terbaik dalam karirnya. Film ini juga telah menjadi subjek analisis akademis, dengan banyak yang mempelajari bagaimana Aster menggunakan elemen-elemen horor untuk mengeksplorasi isu-isu psikologis dan emosional.

Pengaruh “Hereditary” terhadap genre horor modern tidak bisa diabaikan. Film ini membuka jalan bagi kebangkitan film-film horor yang lebih artistik dan berfokus pada cerita, seperti “Midsommar” (2019), yang juga disutradarai oleh Aster, dan “The Lighthouse” (2019). “Hereditary” membantu mendefinisikan kembali apa yang bisa dicapai oleh film horor. Menekankan pentingnya karakter dan tema di samping elemen ketakutan tradisional.

Kritik dan Kontroversi

Seperti banyak film horor yang inovatif, “Hereditary” juga tidak lepas dari kritik dan kontroversi. Beberapa kritikus merasa bahwa film ini terlalu lambat dan terlalu bergantung pada atmosfer ketimbang alur cerita yang lebih langsung. Akhir film yang ambigu juga menjadi sumber ketidaksepakatan di kalangan penonton dan kritikus. Dengan beberapa merasa bahwa film ini berakhir dengan cara yang membingungkan dan tidak memuaskan.

Selain itu, penggambaran penyakit mental dalam film ini juga menuai kritik. Beberapa orang berpendapat bahwa “Hereditary” bisa dianggap memperburuk stigma terhadap penyakit mental. Terutama karena film ini menghubungkan kondisi psikologis yang serius dengan elemen supranatural dan kutukan keluarga.

Namun, bagi banyak penggemar horor, kelemahan-kelemahan ini dianggap sebagai bagian dari kekuatan film ini. Yang berani untuk mengambil risiko dan mendorong batasan genre. “Hereditary” tetap menjadi film yang memecah belah, tetapi justru itulah yang membuatnya menarik untuk dianalisis dan dibahas.

Analisis Karakter

Karakter dalam “Hereditary” adalah elemen kunci yang membuat film ini begitu kuat. Toni Collette memerankan Annie Graham dengan intensitas emosional yang jarang terlihat dalam film horor. Annie adalah seorang ibu yang dilanda rasa bersalah dan keputusasaan. Perjuangannya untuk memahami apa yang terjadi pada keluarganya adalah inti dari film ini.

Peter, putra Annie yang diperankan oleh Alex Wolff, juga memainkan peran penting dalam narasi. Peter adalah remaja yang berjuang dengan rasa bersalah atas kematian adiknya dan terjebak dalam siklus kekerasan dan kegilaan yang menurun dari keluarganya. Transformasi Peter dari seorang anak yang tidak berdaya menjadi seseorang yang terhanyut dalam kengerian yang tak terbayangkan adalah salah satu aspek paling menakutkan dari film ini.

Gabriel Byrne sebagai Steve Graham, suami Annie, memainkan peran sebagai figur otoritas yang tenang. Tetapi akhirnya juga terjerat dalam keputusasaan saat keluarganya jatuh ke dalam kekacauan. Dinamika antara Steve dan Annie mencerminkan hubungan yang penuh ketegangan dan ketidakpercayaan, memperburuk ketidakstabilan yang sudah ada dalam keluarga ini.

Milly Shapiro sebagai Charlie memberikan penampilan yang tidak kalah penting, meskipun karakter ini hanya muncul di paruh pertama film. Kehadiran Charlie yang aneh dan perilakunya yang tidak wajar menciptakan suasana ketidaknyamanan yang konstan. Menyiapkan panggung untuk teror yang akan datang.

Warisan “Hereditary 2018”

“Hereditary” telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah film horor. Film ini tidak hanya sukses secara kritis, tetapi juga berhasil mempengaruhi cara pandang terhadap genre horor secara keseluruhan. Ari Aster membuktikan dirinya sebagai salah satu sutradara paling berbakat dalam sinema modern. “Hereditary” menjadi batu loncatan bagi karirnya yang sukses.

Selain itu, film ini telah menginspirasi banyak pembuat film lain untuk mengeksplorasi tema-tema yang lebih dalam dan kompleks dalam genre horor. Pengaruh “Hereditary” dapat dilihat dalam banyak film horor yang dirilis setelahnya. Yang lebih berfokus pada karakter, tema, dan atmosfer daripada sekadar mengejar efek kejutan.

“Hereditary” juga telah menjadi film yang sering dianalisis dan dibahas dalam berbagai konteks. Mulai dari studi film hingga diskusi tentang psikologi dan sosiologi. Film ini tidak hanya menakutkan, tetapi juga menantang penonton untuk berpikir lebih dalam tentang makna di balik kengerian yang ditampilkan.


Penutup:

“Hereditary” (2018) adalah film horor yang telah mengubah wajah genre ini dengan pendekatannya yang unik dan mendalam. Dengan penggambaran karakter yang kuat, narasi yang kompleks, dan penggunaan elemen horor yang cerdas, film ini tidak hanya menakutkan. Tetapi juga menyentuh hati dan pikiran penontonnya. Sebagai salah satu film horor terbaik dalam dekade ini. “Hereditary” akan terus dikenang sebagai mahakarya yang meninggalkan dampak yang mendalam pada budaya populer dan sinema horor.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *